Mirisnya Minat Literasi Baca di Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-empat di dunia, yaitu sekitar 278,69 juta jiwa pada tahun 2023 lalu. Namun jumlah ini sangat berbanding terbalik dengan banyaknya jumlah penduduk yang memiliki minat dalam membaca. 

Menurut hasil studi PISA atau Programme for International Student Assessment pada tahun 2022, Indonesia menduduki peringkat 11 terbawah dari 81 negara yang didata berdasarkan minat literasi membaca. Meskipun peringkat tersebut naik dibanding tahun 2018 lalu, namun angka ini masih tergolong kecil untuk ukuran negara dengan penduduk terbanyak di dunia.

Menurut data UNESCO, masyarakat yang memiliki minat membaca hanya sekitar 0,001 persen saja dari jumlah penduduknya, yang artinya sama saja dengan dari 1.000 orang penduduk, hanya 1 orang yang tergolong suka dan aktif dalam membaca,

Mirisnya minat membaca masyarakat Indonesia ini sebenarnya dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kurangnya peran keluarga. Dalam hal ini, peran keluarga sangatlah penting dalam membentuk kebiasaan dan budaya literasi. Mulai dari belajar membaca, menulis, melatih nalar, dan berhitung. Akan tetapi, kadangkala faktor kemiskinan juga menjadi salah satu sebab. Mereka yang terlahir dari keluarga yang miskin tidak akan mampu untuk membeli sarana dan prasarana untuk literasi. Jangankan untuk literasi, sudah bisa makan saja sudah syukur. 

Kedua, pengaruh gadget yang semakin kuat. Di era globalisasi seperti yang terjadi saat ini sangat memungkinkan perubahaan pola atau sikap pada masyarakat Indonesia, terutama dalam hal literasi membaca. Dulu orang-orang membaca berita melalui koran maupun majalah. Sekarang, semuanya bisa diakses secara mudah pada gadget yang kita punya. Buku-buku pelajaran pun kini hadir dalam bentuk buku elektronik (e-book). Dimanapun dan kapanpun kita mau, kita tinggal membukanya melalui internet. Disamping itu, dengan semua kemudahan yang kita punya saat ini justru membuat masyarakat Indonesia semakin malas untuk membaca. Kita akan lebih tergiur membuka gadget untuk mengakses sosial media, bukan untuk membaca.

Ketiga, kualitas pendidikan yang kurang efektif. Indonesia adalah negara kepulauan. Wilayahnya tersebar dari Sabang sampai Meraue. Sulit bagi negara kita untuk melakukan pemerataan. Setiap daerah memiliki kualitas pendidikan yang berbeda-beda. Kualitas pendidikan ini juga dinilai dari prosedur, metode mengajar, dan kemampuan para guru dalam membentuk karakter para siswanya agar mulai menyukai literasi. selain itu kurangnya tenaga pendidik pada daerah-daerah terpencil juga menjadi penghambat dan harus dicari solusinya.

Keempat, sarana dan prasarana yang kurang memadai. Fasilitas yang baik sangat dibutuhkan agar membentuk budaya literasi yang baik pula. Misalnya, penyediaan fasilitas perpustakaan disetiap daerah, taman-taman bacaan, dan ketersediaan buku-buku bacaan. Namun, pastikan semua buku-buku tersebut sampai pada daerah-daerah terpencil pula. Dengan begitu, pemerataan akan terjadi dan minat baca masyarakat Indonesia akan meningkat. Selain itu, kita juga sebagai masyarakat harus peka terhadap pentingnya membaca. Jangan hanya fasilitasnya saja yang tersedia tapi ga dibaca, sia-sia dong!

Dari keempat faktor tersebut sebenarnya belum mencakup seluruh faktor yang menyebabkan kurangnya minat literasi di Indonesia, akan tetapi begitulah gambaran secara garis besarnya. Segala hal mampu mempengaruhi minat baca masyarakat di Indonesia. Mulai dari faktor lingkungan, faktor ekonomi, faktor sosial, faktor sarana dan prasana dan sebagainya. 

Dalam upaya membangun serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang gemar membaca, berkualitas dan berdaya saing, pemerintah Indonesia melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, oleh Kementrian Koordinator Bidang pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, merumuskan upayanya melalui pembangunan karakter yang mencakup revolusi mental, pemajuan dan pelestarian budaya, pembinaan ideologi pancasila, moderasi beragama, serta pengikatan budaya literasi, inovasi, dan kreativitas.

Strategi pembangunan tersebut dilaksanakan melalui keterlibatan pemberdayaan literasi keluarga, satuan pendidikan dan pembudayaan literasi masyarakat. Bentuknya dari mulai program merdeka belajar, mengadakan kegiatan Duta Baca, Duta Baca Pelajar, hingga Aktivis Literasi. 

Selain itu, untuk mempercepat peningkatan sarana dan prasarana akses literasi masyarakat, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek mengirimkan buku bacaan bermutu kewilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) juga menyediakan akses Buku Digital kepada seluruh masyarakat.

Sebenarnya upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sudah sangat baik untuk membantu meningkatkan budaya literatur yang baik di Indonesia. Tinggal bagaimana kita sebagai masyarakat bisa memanfaatkan segala upaya tersebut dengan baik dan benar pula. 

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasannya masyarakat di indonesia jauh dari kata gemar berliterasi. Lalu bagaimana sih agar kita sebagai masyarakat Indonesia senang membaca? Diawali dengan sering membaca buku, agar kita tidak malas untuk membaca hal yang lain seperti membaca peraturan yang ada, membaca berita, membaca komentar dari sosial media atau membaca apapun itu. Berikut tips dan trik agar kita senang membaca buku :

1. Memilih buku sesuai dengan topik yang kita suka. Misalnya jika menyukai cerita romantis, fiksi, pertualangan atau hal yang lainnya. Kita bisa membaca novel dengan genre yang kita minati, sebisa mungkin cari topik yang memang menarik bagi kita.

2. Mencari lingkungan atau tempat yang nyaman dan tenang untuk membaca, agar kita bisa fokus dalam membaca buku yang sedang kita baca.

3. Membuat Jadwal untuk membaca buku, agar kita konsisten dalam membaca. Atau bisa membuat target membaca buku. Jika sudah memiliki target dan jadwal kita akan terbiasa untuk membaca buku.

4. Jika kita butuh teman untuk membahas buku yang dibaca, kita bisa masuk dalam komunitas klub buku atau forum forum yang membahas buku-buku yang kita baca. Dengan hal ini kita bisa termotivasi dan memberi kesempatan untuk berbagi pendapat orang lain mengenai buku tersebut.

5. Nikmati proses membaca tanpa merasa tertekan. Dan jadikan pengalaman membaca kita nyaman dan santai.