Bagaimana jika seorang mahasiswa berkecimpung dalam dunia organisasi dan
sekaligus menjadi santri? Emang bisa ya? Pertanyaan menarik untuk menjadi sebuah pembahasan kali ini. Setiap orang tentunya dihadapkan dengan berbagai pilihan yang beragam. Tentunya setiap pilihan itu memiliki konsekuensi masing-masing. Begitu pun ketika seorang mahasiswa memilih untuk menjadi santri dan aktif berorganisasi baik itu di kampus maupun di pondok. Konsekuensi utama yang harus dihadapinya adalah waktu. Dia harus bisa mengelola waktunya dengan baik, tanpa mengesampingkan satu dengan yang lainnya. Semuanya harus seimbang, ditambah juga harus membagi waktunya untuk diri sendiri. Jangan sampai karena sibuk menjadi mahasiswa, santri dan juga menjalankan organisasi dia lupa akan kesehatan dirinya sendiri.
Seseorang yang sebelumnya pernah merasakan menjadi santri yang tinggal di pondok pesantren tentu mengetahui bagaimana peraturan dan padatnya jadwal di pondok, dan mereka sudah terbiasa akan hal tersebut. Namun, bagi mereka yang belum memiliki pengalaman, hal ini akan menjadi sesuatu yang baru dan mungkin saja dianggapnya berat. Ilmu dunia dan ilmu akhirat, keduanya bukanlah sebuah pilihan, keduanya harus seimbang. Ilmu duniawi yang didapatkan di dunia perkuliahan tentu saja butuh penyeimbang yaitu ilmu ukhrawi yang didapatkan di pesantren. Ilmu duniawi tentunya akan lebih maksimal jika diiringi dengan ilmu akhirat dalam pengaplikasiannya, pun begitu sebaliknya. Karena Pendidikan karakter, moral lebih ditekankan di dunia pesantren, di dunia perkuliahan serta organisasi lah yang menjadi sarana pengaplikasiannya.
Banyak contoh kasus seorang organisator yang melipat dana kampus demi kepentingan pribadinya, hadirnya ilmu akhirat inilah yang harus menyeimbangkannya, mengajarkan seseorang untuk jujur dan
mengikuti kisah-kisah teladan yang tellah dipelajari. Jika hari ini seseorang masih menganggap bahwa kegiatan di pesantren hanyalah mengaji, itu merupakan hal yang salah. Karena hari ini, kurikulum di pesantren sendiri sudah menyesuaikan dengan kebutuhan para santrinya, kegiatannya pun tentunya disesuaikan dengan kegiatan di kampus. Banyak pesantren mahasiswa yang letaknya di sekitar kampus, terutama kampus – kampus berbasic islam. Biasanya pada siang hari para mahasiswa disibukkan dengan kegiatan kampus juga organisasi dan pada malam harinya mereka disibukkan dengan kegiatan
pesantren.
Kegiatan di pesantren pun sangat mendukung dalam mengasah skill para santrinya. Banyak hal yang bisa di dapatkan ketika kita aktif berkecimpung di dunia kampus, organisasi dan juga pesantren. Banyak hal yang tidak semua orang dapatkan, terutama dalam hal ilmu dan relasi. Ilmu dan pengalaman berorganisasi di kampus tentunya memliki perbedaan dengan yang kita dapatkan di pesantren. Semuanya memilki kelebihan dan kekurangan masing – masing, dan hal inilah yang bisa kita bandingkan kemudian kita ambil hal posistifnya untuk melengkapi kekurangan – kekurangan tersebut.
Pengelolaan waktu antara menjadi mahasiswa, santri dan organisasi haruslah seimbang. Dalam pelaksanaannya kita harus mengetahui skala prioritas, mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan dikerjakan selanjutnya. Diusahakan kita mengerjakan semua tugas kuliah, organisasi serta pesantren pada saat itu juga, jangan menunda-nunda hal tersebut yang pada akhirnya kita akan keteteran. Kita bisa membuat jadwal harian dan juga planning kedepannya. Pengelolaaan waktu yang baik juga akan menjadikan mahasiswa yang berprestasi dan tetap berkarya tanpa meninggalkan kewajiban kita sebagai santri.
Di Indonesia sendiri banyak tokoh – tokoh Sejarah yang berlatar belakang seorang santri. Salah satunya KH. Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama (NU), beliau mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada 17 November 1964. Dari beliau kita banyak belajar bahwa seorang santri tidak hanya soal belajar agama, tapi harus menjadi seorang yang santri yang intelek dan aktif berorganisasi. Dan bahkan nama dan karyanya terus harum dan tumbuh hingga hari ini. Kemajuan zaman juga semakin memudahkan kita sebagai mahasantri untuk terus berkarya dan berinovasi. Dengan kemajuan teknologi kitab isa mengakses berbagai platform yang menunjang kebutuhan kita sebagai mahasantri. Diluar sana juga banyak influencer-influencer muda yang menjadi mahasiswa juga santri, mereka menggunakan media sosial mereka untuk terus menyebarkan ilmu dan kebaikan. Setiap orang dari kita bisa menjadi seorang mahasiswa, santri dan juga organisator yang baik. Karena pada dasarnya setiap kita adalah pemimpin penerus negeri. Setiap bangsa memerlukan pemimpin yang tidak hanya intelek tapi juga membutuhkan pemimpin yang bermoral baik. Yang mana setiap tingkah laku dan ucapannya dipertanggung jawabkan. Jangan sampai negeri ini diisi orang-orang dzalim yang merusak bangsanya. Kita lah yang memiliki peranan penting untuk menjaga negeri ini. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan akan hal ini,
untuk itulah kita harus bersyukur. Karena pada hari ini kita tidak kekurangan pemimpin yang cerdas, tetapi kita kekurangan pemimpin berakhlak baik.
Semoga dengan menjadi mahasantri kitab isa menjadi pemimpin yang berkualitas baik itu
dari segi intelektual maupun moral. Pada intinya kita bisa kok menjadi seorang santri, mahasiswa dan juga aktif berorganisasi. Semuanya bisa dilakukan tentunya dengan management waktu yang baik. Jangan menunda-nunda pekerjaan, kerjakan hal yang kita bisa lakukan sekarang, buatlah skala prioritas dalam segala hal nya. Dan jadilah suri tauladan yang baik semua orang. Dan jangan khawatir dengan segalanya, karena niat baik insyaallah selalu ada jalannya.