Era Globalisasi Melesat: Anak-Anak Tersesat

Dalam era globalisasi yang semakin meluas, arus informasi dari berbagai penjuru dunia telah
menjadi hal yang sangat mudah diakses oleh siapa pun. Namun, di balik kemudahan tersebut,
ada fenomena yang sering terabaikan: anak-anak yang tersesat dalam arus informasi yang tak
terkendali. Globalisasi memberikan akses yang tidak terbatas pada beragam informasi, tetapi
seringkali tanpa pembimbingan yang memadai, anak-anak menjadi rentan tersesat di tengah arus
informasi yang melimpah. Fenomena ini menciptakan tantangan baru bagi pendidik, orang tua,
dan masyarakat pada umumnya.

Dalam masyarakat yang semakin terhubung, anak-anak terpapar pada berbagai macam informasi
dari berbagai sumber, mulai dari buku dan media tradisional hingga internet dan media sosial.
Namun, kemampuan mereka dalam memilah dan menganalisis informasi tersebut belum tentu
sejalan dengan tingkat paparan informasi yang mereka terima. Hal ini dapat mengakibatkan
mereka tersesat di tengah arus informasi yang tak terkendali, terpapar pada konten yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai atau perkembangan mereka.

Salah satu dampak negatif yang dapat timbul adalah hilangnya identitas budaya dan nilai-nilai
lokal. Anak-anak yang terlalu terpapar pada budaya asing melalui media dapat kehilangan
kedalaman pemahaman terhadap budaya dan tradisi lokal mereka sendiri. Identitas budaya yang
kuat merupakan pondasi penting dalam pembentukan karakter anak-anak. Ketika mereka
kehilangan hubungan dengan budaya dan tradisi mereka, mereka dapat merasa tersesat dan
kehilangan arah dalam kehidupan mereka.

Selain itu, arus informasi yang tidak terkendali juga meningkatkan risiko anak-anak terpapar
pada konten yang tidak pantas atau berbahaya. Konten-konten seperti kekerasan, pornografi, dan
radikalisme dapat dengan mudah diakses oleh anak-anak melalui internet tanpa pengawasan
yang memadai. Hal ini membahayakan perkembangan psikologis dan moral mereka, serta
membuka pintu bagi risiko penyalahgunaan dan eksploitasi.

Tidak hanya itu, era globalisasi juga menghadirkan tantangan baru dalam hal pendidikan.
Meskipun akses terhadap informasi menjadi lebih mudah, tantangan yang dihadapi oleh pendidik
dalam menyaring informasi yang relevan dan bermanfaat untuk anak-anak juga semakin
kompleks. Kurikulum pendidikan yang belum sepenuhnya teradaptasi dengan perkembangan
teknologi dan globalisasi dapat mengakibatkan kesenjangan antara apa yang diajarkan di sekolah
dengan apa yang dialami dan diakses oleh anak-anak di dunia luar.

Dalam menghadapi tantangan ini, peran orang tua dan pendidik sangatlah penting. Orang tua
perlu menjadi pembimbing yang aktif dalam memantau dan mengarahkan paparan informasi
anak-anak mereka. Membangun komunikasi terbuka dengan anak-anak tentang risiko dan
bahaya yang mungkin mereka temui dalam dunia digital adalah langkah awal yang penting.
Selain itu, pendidik juga perlu terus mengembangkan metode pembelajaran yang dapat
membantu anak-anak memahami, menganalisis, dan mengkritisi informasi yang mereka terima.

Di samping itu, penguatan literasi digital juga menjadi kunci dalam mengatasi fenomena anak-
anak yang tersesat dalam era globalisasi. Anak-anak perlu dilengkapi dengan keterampilan yang

memadai untuk menyaring dan mengevaluasi informasi yang mereka temui di dunia digital.
Pendidikan literasi digital harus dimulai sejak dini dan terus ditingkatkan seiring dengan
perkembangan teknologi.

Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan perusahaan teknologi juga

diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi perkembangan anak-
anak di era globalisasi. Pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan yang dapat

melindungi anak-anak dari paparan konten yang tidak pantas atau berbahaya di dunia digital.
Lembaga pendidikan perlu terus mengembangkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan
anak-anak di era digital ini, sementara perusahaan teknologi perlu berperan aktif dalam
memastikan bahwa platform-platform mereka aman digunakan oleh anak-anak.

Dalam menghadapi fenomena anak-anak yang tersesat dalam era globalisasi, kesadaran dan
tindakan bersama dari berbagai pihak sangatlah penting. Anak-anak adalah aset berharga bagi
masa depan, dan melindungi mereka dari dampak negatif globalisasi adalah tanggung jawab
bersama. Dengan kolaborasi yang kuat dan pendekatan yang holistik, kita dapat menciptakan
lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang dalam era
globalisasi yang semakin kompleks ini.

Dampak era globalisasi tentu mempengaruhi anak – anak terutama remaja, dengan masuknya
budaya asing khususnya budaya barat yang kini telah banyak terjadi yaitu pergaulan bebas,
pornografi, penyalahgunaan narkoba, dan banyak nya kekerasan ataupun kriminalitas di
lingkungan masyarakat menyebabkan hilang nya jati diri para remaja generasi saat ini.

Pada masa generasi ini semua kebutuhan manusia didapatkan dengan instan, yang memudahkan
para masyarakat mendapatkan wawasan atau informasi dengan internet atau gadget. Semua serba
mudah dengan internet maupun alat canggih yang serba modern, dampak buruk dari hal instan

saat ini terutama anak – anak dan remaja menyebabkan mereka malas dan kurangnya usaha
dalam setiap kegiatan nya, banyak anak – anak dan remaja pada masa ini malas belajar dan
minim nya literasi akibat dari gadget dan internet, anak pada masa ini rata – rata menghabiskan
6,5 jam sehari dalam bermain gadget hal itu menimbulkan kecanduan dalam bermain gadget,
banyak orang di masa kini yang tidak bisa hidup tanpa perangkat komputer atau ponsel.
Berbeda dengan tahun 90-an anak – anak hanya membaca buku dan majalah, mereka hanya
menghabiskan waktu 3 jam sehari di depan layar dan itu hanya ada televisi. Pada generasi masa
kini anak – anak yang seharusnya menggunakan waktu dengan hal produktif kini hanya terbuang
sia – sia di depan layar, karena hal tersebut mulai hilangnya budaya nasional yang harusnya
dilestarikan. Salah satu upaya dalam mengurangi hal yang kurang baik tersebut, kita harus
membatasi waktu didepan layar dan mulai menekuni hobi yang tidak menggunakan internet,
misalnya melestarikan budaya dengan mempelajari budaya kita salah satu contohnya dengan
mengikuti lomba – lomba tari daerah dan sebagainya.