June 17, 2025
sumber : https://news.detik.com/berita/d-7824180/5-fakta-terkini-food-reviewer-codeblu-diperiksa-polisi

Kasus yang menimpa food reviewer Codeblu atau William Anderson menjadi refleksi penting bagi para content creator, khususnya mereka yang berkutat di bidang ulasan makanan. Di era digital saat ini, kekuatan konten di media sosial bisa memberikan dampak besar baik secara positif maupun negatif terhadap reputasi sebuah bisnis. Dalam kasus Codeblu, yang awalnya bermula dari kritik terhadap toko roti yang diduga menyumbang makanan kedaluwarsa ke panti asuhan, kini berujung pada pelaporan hukum terkait ujaran kebencian dan dugaan pemerasan.

Dari satu sisi, publik melihat peran reviewer sebagai pengawas sosial yang bisa membuka praktik tidak etis di industri makanan. Namun di sisi lain, hal ini juga menunjukkan pentingnya batas etika dalam menyampaikan kritik. Kritik yang membangun seharusnya didasarkan pada fakta yang bisa dipertanggungjawabkan, bukan pada narasi yang berpotensi merusak reputasi tanpa bukti yang kuat.

Pihak toko roti merasa dirugikan atas tudingan soal dapur tidak higienis dan donasi roti yang dianggap kedaluwarsa. Ini menunjukkan bahwa konten di media sosial, meskipun bersifat opini pribadi, bisa berbuntut panjang secara hukum jika tidak disampaikan dengan tanggung jawab.

Adapun soal dugaan pemerasan, Codeblu membantah dan menyebutnya sebagai penawaran kerja sama. Namun nominal yang diminta Rp 350 juta untuk delapan konten menjadi pertanyaan tersendiri. Di sinilah pentingnya transparansi dalam relasi antara content creator dan pemilik usaha. Apakah tawaran kerja sama itu disampaikan secara profesional? Apakah ada tekanan yang membuat pihak usaha merasa terpaksa menerima?

Kasus ini seharusnya menjadi momentum bagi para content creator untuk lebih berhati-hati dalam membuat konten, terlebih saat menyinggung reputasi pihak lain. Kekuatan suara digital harus diimbangi dengan tanggung jawab moral dan etika jurnalistik meskipun tidak semua reviewer adalah jurnalis profesional.

Akhirnya, masyarakat pun perlu bijak dalam menyikapi konten yang viral. Tidak semua informasi di media sosial bisa dipercaya begitu saja tanpa verifikasi. Dan bagi para pelaku usaha, kasus ini mengingatkan pentingnya menjaga kualitas dan keterbukaan, agar kepercayaan publik tetap terjaga.

Penulis : Khoirul Fahmi Nazar

Sumber : detik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *