Di Balik Keindahan Aksara: Kisah Inspiratif Drs. H. Maman Abdul Djaliel M. Ag Sebagai Pendidik, Peneliti dan Seniman

0

Feature – Nur Oktaviani Eda, Resa Nurrahmah Fauziah, Risma

Di sebuah ruang kelas di Universitas Islam Negeri, seorang pria paruh baya berdiri di depan papan tulis, Jemarinya yang lincah menggoreskan huruf-huruf Arab yang indah. Para mahasiswa terpaku, terkesima dengan keindahan yang tercipta dari ujung spidol sang dosen. Inilah Drs. H. Maman Abdul Djaliel, M. Ag, seorang pendidik yang telah mengabdikan hidupnya untuk melestarikan dan mengembangkan seni aksara Arab.

Bapak Maman, Begitulah sapaan akrabnya, beliau merupakan sosok unik di dalam jagat akademis Indonesia. Dengan NIDN 2001036403, Bapak Maman telah mengabdikan hidupnya sebagai dosen Bahasa dan Sastra Arab (BSA) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Bukan sekedar dosen Bahasa dan Sastra Arab, beliau merupakan sosok unik yang memadukan passion mengajar dengan kecintaannya pada seni kaligrafi. Beliau merupakan jembatan hidup antara tradisi dan modernitas dalam dunia aksara Arab. Perjalan akademis bapak Maman dimulai di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dari S1 Bahasa Arab, lalu melanjutkan S2 Ilmu Alqur’an dengan fokus pada kajian aksara, hingga S3 di Studi Agama Agama.

Keahlian Bapak Maman dalam Al-Khat Al-Araby atau kaligrafi Arab bukan sekedar hobi. Bak seorang penjelajah budaya, beliau menelusuri hubungan antara aksara Arab, Syair Sunda dan juga khazanah Islam. Penelitian yang sedang di garapnya Bersama rekannya Ibu Yani yang masih berupa judul mentah yaitu “Analisis Kaidah Nahwiyah

dalam syair syair Sunda karya K.H Sirojuddin Abbas” menunjukan kepekaannya dalam memadukan berbagai disiplin ilmu. “Saya selalu percaya bahwa ilmu itu saling terkait” jelasnya.

Produktivitas bapak Maman dalam menulis sungguh sangat menakjubkan. Dengan minimal 59 buku ber-ISBN dan kurang lebih 14 HAKI di bidang intelektual, ia terus memperkaya khazanah literatur. “Saya sendiri lupa pastinya berapa buku yang sudah saya terbitkan” akunya dengan senyum rendah hati. Buku terbarunya ada “Belajar Menulis Aksara Pegon”, menjadi bukti komitmennya dalam pelestarian budaya. Baru- baru ini, tahun 2024 membawa pencapaian HAKI, salah satunya “Fenomena kematian dalam Hikayat Raja : Sebuah Analisis Semiotika-Pragmatis Charles Morris.

Perjalanan bapak Maman dalam penelitiannya tentu tidak tanpa tantangan, beliau mengungkapkan begitu banyak tantangan yang dihadapinya. Terutama dalam hal manajemen waktu dan keterbatasan sumber dan juga dana. Namun beliau terus bergerak tanpa kenal lelah. Bahkan diluar kesibukannya sebagai pengajar dan juga peneliti, bapak Maman juga aktif untuk berkontribusi di dunia penerbitan, beliau menjadi editor di beberapa penerbit ternama, mengelola buku-buku islam berbahasa Arab. salah satunya penerbit Pustaka Setia, Pustaka Grafika, dan membantu di Ameriko Grup. Ini menjadi pekerjaan sampingan beliau.

Bapak Maman Abdul Djaliel adalah potret sempurna seorang pendidik, peneliti dan juga seniman. Melalui peran dan karya-karyanya yang beragam, beliau terus menginspirasi banyak orang terutama generasi muda untuk mencintai bahasa, sastra, dan seni Islam. Dibalik keindahan aksara yang beliau ciptakan, tersimpan kisah dedikasi dan passion yang tak lekang oleh waktu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *