Beratnya Hidup di Palestina
Konflik Palestina dan Israel memang sejak lama telah memberi perhatian terhadap dunia, terkhusus warga masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam. Hal ini tentu menimbulakan simpati dan empati yang begitu besar diberikan kepada waga Palestina karena kehidupan mereka yang begitu berat dalam menghadapi konflik dengan Israel.
Tapi terlepas dari itu semua, terkadang masyarakat Indonesia hanya tahu mengenai konflik Palestina – Israel ini. Kebanyakan dari masyarakat tidak tahu menahu bagaimana kehidupan masyarakat palestina sehari-hari, bagaimana perekonomian mereka dan bagaimana pemerintahan berjalan dalam konflik yang tak berkesudahan itu.
Sejarah mengenai konflik Palestina – Israel ini sudah lama terjadi. Tepatnya pada saat wilayah palestina dulu masih diduduki oleh pemerintah Inggris, sampai pada masanya tiba Holocaust. Sebuah aksi pembantaian yang dilakukan oleh Nazi jerman untuk menghabisi Kaum Yahudi. Yang kemudian menuntut bangsa Yahudi bermigrasi secara besar-besaran ke tanah perjanjian (yerusalem), hal tersebut juga didukung oleh Inggris melalui peraturan dan keputusan mereka. Namun sayangnya, keputusan itu dibuat tanpa melihat bangsa Arab yang sudah sejak lama menghuni wilayah tersebut. Dan karena hal itu, gesekan-gesekan dan perebutan-perebutan wilayah terjadi antara Bangsa Arab dan Yahudi. Gesekan-gesekan itu terjadi sampai sekarang. Dan menjadi parah karena wilayah Palestina menjadi berkurang karena dicaplok oleh pemerintah Israel.
Dilansir dari Now This Original, perang yang terjadi selama enam hari membuat wilayah Palestina ada dalam penguasaan Israel. Namun pengakuan-pengakuan dan dukungan-dukungan dari dunia internasional terus digaungkan pada tahun 1900-an sampai 2000-an. Dan karena hal ini, yang akhirnya membuat pemerintah Israel memberikan kedaulatan wilayah atas pemerintahan Palestina di Gaza dan beberapa bagian di tepi barat. Dan akhirnya Palestina mempunyai pemerintahannya sendiri yaitu Palestine National Authority.
Organisasi pemerintahan PNA hanya berlaku dan hanya untuk mengurus urusan dalam negeri saja. Sementara untuk mengurus urusan luar negeri atau internasional bangsa palestina mempunyai Palestine Liberation Organization. Sebuah organisasi yang menaungi Bangsa Palestina dan sekaligus mewakili Bangsa Palestina di PBB. Sementara dari keanggotaan, Palestina belum termasuk ke dalam anggota PBB, akan tetapi mereka masih bisa menyuarakan hak-hak mereka di PBB. Dan sampai sekarang mereka masih memperjuangkan keanggotaan mereka di PBB agar mendapatkan kedaulatan penuh di dunia internasional.
Dalam hal perekonomian, melansir dari The World Bank. Di tahun 2021, Nilai GDP paestina ada di angka 3.664 USD atau setara dengan 54.520.320,00 Rp. Jika dibandingkan dengan negara penjajahnya Israel, GDP paestina ini lebih kecil. GDP Israel 15 kali lebih besar dari pada GDP palestina yang mencapa angka 52 ribu USD. Perekonomian bangsa palestina banyak bergantung pada wilayah subur mereka. Minyak Zaitun, biji-bijian dan jeruk menjadi penghasilan utama mereka. Sementara dalam industry kerajinan, bangsa palestina terkenal dengan pembuat karpet dan permadani. Namun kondisi yang membuat mereka harus berjuang mati-matian. Hal itu karena penjajah mereka yaitu Israel yang terus merebut wilayah-wilayah subur mereka. Kondisi tersebut membuat perekonomian Palestina terutama dalam penjualan hasil kebun mereka menjadi sulit. Terutama Palestina juga jadi ketergantungan dengan Israel dalam hal export dan import.
Dilansir dari The Guardian, keseharian warga palestina bisa dikatakan susah. Karena tidak hanya di sektor pertanian saja, dalam sektor pekerjaan pun mereka harus berangkat ke wilayah Israel melalui jalur-jalur perbatasan yang dijaga ketat. Ketika mereka telah sampai di wilayah Israel, mereka harus menunggu bus yang menjemput mereka secara khusus. Ribuan warga palestina banyak bergantung pada Israel dalam dunia pekerjaan untuk menyambung hidup mereka.
Tak hanya itu, warga palestina juga kesulitan dalam masalah pendidikan. Anak-anak mereka harus berangkat sekolah ke wilayah Israel dengan berjalan berkilo-kilo meter dan tak jarang sering mendapat ancaman dari penduduk-penduduk di wilayah Israel.
Editor : Afika Mulhaladika
Sumber : https://www.worldbank.org/en/home, https://www.aljazeera.com/ https://www., theguardian.com/international