Festival Musim Semi kembali ke Mosul Irak setelah 20 tahun di jeda

0
Festival Musim Semi kembali ke Mosul Irak setelah 20 tahun di jeda
Festival Musim Semi di Mosul berlangsung selama dua hari dan menyaksikan banyak dan beragam kegiatan. Foto : www.aljazeera.net

Festival itu telah dimulai lusa di kota Mosul setelah terjeda sejak 2003 karena invasi Amerika dan situasi keamanan di kegubernuran Niniwe selama beebrapa tahun berikutnya. Festival itu mewadahi beberapa acara seni dan karnaval di berbagai lokasi di Mosul.

Festival ini diadakan pertama kali di kota Mosul pada tahun 1996. Al-bakri mengadakan festival untuk pertama kalinya di provinsi tersebut merupakan upayanya untuk menyelesaikan perbedaan dan menyebarkan semangat toleransi antara komunis dan nasionalis setelah tragedi yang disaksikan Mosul pasca Revolusi Shawaf pada tahun 1959. Bahwa penyelenggaraan Festival tersebut dilakukan untuk menghidupkan kembali identitas warisan Mosul setelah diadakannya terakhir kali pada musim semi tahun 2002.

Festival tersebut meliputi 4 stasiun utama, dimulai dengan upacara pembukaan di area peron di sisi kiri (timur) Mosul, kemudian upacara Kementrian Kebudayaan Federal di Universitas Mosul, yang di dalamnya terdapat pertunjukan oleh rumah mode Irak dan konser oleh Folklore Band, diikuti oleh konser lain oleh sindikat seniman Niniwe di sisi kanan (barat) kota, kemudian upacara penutupan.

Ketua Persatuan Seniman Cabang Niniwe meggambarkan kembalinya Festival Musim Semi sebagai “peristiwa bersejarah”, terutama karena ia telah menjamu banyak artis Arab di sesi sebelumnya. Sejarawan Dr. ibrahim Al-Alaf percaya bahwa kembalinya festival ini mencerminkan dua hal, pertama, yaitu bahwa kegubernuran Niniwe kini telah menikmati stabilitas dan perdamaian, yang kedua, yaitu bahwa festival tersebut merupakan stimulus untuk mengenang Mosulis.

Sedangkan untuk jurnalis foto, Yasser Ahmed Al Salem, mengatakan, warga Mosul sangat haus akan karnaval semacam itu, ia juga menambahkan bahwa menghidupkan kembali festival merupakan hal penting bagi generasi muda yang sudah 20 tahun tidak menyaksikan festival ini. Sementara itu, kepala Sindikat Seniman Nineveh, Tahsin Haddad, menunjukkan bahwa festival ini merupakan sarana penting untuk kembalinya kota ke kejayaannya sebelum tahun 2003, serta kontribusinya untuk menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri setelahnya. Gangguan dan isolasi kota dari lingkungan Irak dan Arabnya.

Editor : Fitry Lidiyawati

Sumber berita : www.aljazeera.net dan www.youm7.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *