Ramadhan: Apa Saja Hidangan yang Harganya Naik sehingga Menghilang dari Meja Makan Orang Arab?
Bulan Ramadhan tentunya memiliki ciri khas atau bisa dikatakan berkepribadian spesial serta khas di golongan umat Islam, sebab Ramadhan membawa sentuhan spesial di atas meja makan umat Islam terutama di Arab sehingga santapan populernya bermacam-macam. Setiap negeri pun dibedakan oleh budaya serta peninggalan Ramadhannya. Sebagian tipe santapan, permen serta jus dianggap eksklusif saat bulan puasa.
Sepanjang hampir 3 tahun ini, bulan Ramadhan hadapi keadaan ekonomi serta kehidupan yang sulit karena semua orang di dunia mengalami pandemi yang memengaruhi berbagai aspek. Pada tahun 2020, epidemi Corona teratasi. Setelah epidemi berakhir, perang Rusia melawan Ukraina menyusul, sehingga guncangan ini berdampak pada area ekonomi yang sulit diawali dengan mereka yang kehilangan pekerjaan. Tidak berhenti di situ, inflasi pun meningkat dan harga pangan yang membengkak secara global.
Di tengah peningkatan harga komoditas pangan yang belum sempat terjalin lebih dahulu, meja Ramadhan saat ini mengalami sebuah tantangan dalam melestarikan hidangan terkenal yang biasa disajikan keluarga di Arab di kala makan pagi.
BBC berdialog dengan beberapa orang di negara-negara Arab serta mensurvei komentar mereka tentang akibat santapan Ramadhan yang sangat populer yang diwariskan oleh tingginya harga santapan.
Mesir
Meja Mesir ini dicirikan oleh keragaman hidangannya yang terkenal. Di hari pertama bulan Ramadhan wajib berisi berbagai hidangan semacam sayur-mayur, ayam, bebek, serta merpati, tidak hanya sepiring tortilla. Kunafa, Lumeet al- Qadi, dan yamish kacang- kacangan beserta buah-buahan kering adalah manisan di bulan suci Ramadhan.
Ibu rumah tangga, Aida Karkait, mengatakan bahwa hidangan Regag merupakan salah satu hidangan terkenal yang terbuat dari susunan roti tipis, ghee lokal, serta daging cincang yang diuleni. Karkait meningkatkan, “Keadaan ekonomi mendesak orang Mesir untuk mencari alternatif yang lebih murah, semacam memasak ceker ayam serta memberikan jus Qamar El-Din dan menggantinya dengan jus yang lebih murah semacam kembang sepatu serta licorice.”
Perekonomian Mesir sudah mengendap selama bertahun-tahun, sebab krisis politik internal diiringi oleh epidemi Corona serta akibat dari perang Rusia di Ukraina serta partisipasi tentara dalam proses ekonomi. Seluruhnya ialah aspek yang menimbulkan kemerosotan kehidupan. Suasana semacam tingkatan inflasi bertambah sebesar 40%, bagi Bank Sentral Mesir.
Sebagian masyarakat Mesir saat ini hidup di dasar garis kemiskinan. Sedangkan sepertiga populasi yang lain berisiko menjadi miskin. Bagi Bank Dunia dan lbs, Mesir sudah jatuh ke tingkat rekor membuat harga satu dolar jadi dekat 31 lbs pada saat menyusun laporan ini.
Editor : Alfi Syahrah S.